Karya rinaras ambuka budi, gapura mangesthi aruming bawana.

Senin, 13 Juni 2016

Wujud kebudayaan dalam bentuk tari barong kemiren (Lenyana B.)




WUJUD KEBUDAYAAN KABUPATEN BANYUWANGI 
YANG DIIMPLEMENTASIKAN DALAM BENTUK
KESENIAN TARI BARONG KEMIREN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Antropologi


Oleh
Lenyana Budi Erwandayani    140910201015





PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2015


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Propinsi Jawa Timur adalah propinsi yang terletak di bagian ujung paling timur Pulau Jawa. Di provinsi Jawa Timur terdapat suatu kabupaten yang sangat terkenal akan kebudayaannya. Tidak hanya itu saja, kabupaten ini juga terkenal akan keindahan alamnya. Tidak heran apabila kabupaten ini terkenal hingga ke mancanegara. Kabupaten tersebut dikenal dengan nama Banyuwangi. Letak geografis Kabupaten Banyuwangi yaitu terletak di ujung timur propinsi Jawa Timur. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Situbondo, sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia, sedangkan di bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso. Banyuwangi terkenal sebagai daerah kabupaten yang memiliki kultur dan etnik yang beranekaragam. Keberagaman itu dapat dilihat berdasarkan kultur masyarakatnya secara dominan terbagi ke dalam tiga etnik yaitu, etnik Jawa Mataraman, etnik Madura Pandalungan, dan etnik Using. Banyuwangi tidak hanya terkenal akan budayanya, tetapi juga terkenal mengenai sistem pemerintahan daerah yang saat ini dapat dikatakan lebih maju daripada sebelumnya. Banyaknya budaya serta kekayaan alam yang diekspost oleh Bupati sendiri supaya lebih mengenalkan Banyuwangi di tingkat nasional maupun Internasional. Dapat dibuktikan dengan banyaknya wisatawan asing yang tertarik datang ke Banyuwangi baik untuk nelihat budayanya maupun kekayaan alamnya.
Sebagai wilayah yang dihuni oleh berbagai etnis, Banyuwangi tentunya sangat kaya akan potensi seni budaya serta adat istiadatnya. Hampir semua etnis yang tinggal di Banyuwangi sangat peduli terhadap budaya tradisionalnya. Dalam prakteknya mereka ada yang masih membawakan seni tradisinya secara utuh,namun ada pula yang berakulturasi dengan seni budaya tradisional dari etnis lain maupun seni modern sehingga memperkaya budaya yang hidup dan berkembang di Banyuwangi. Salah satu kebudayan yang menarik untuk dikaji yaitu mengenai tarian yang ada di Banyuwangi. Di antara banyak tarian khas Banyuwangi, Tari Barong Kemiren merupakan salah satu bukti kekayaan seni budaya Banyuwangi yang paling terkenal. Kata “barong” memiliki banyak makna. Barong dapat diartikan beruang dalam Bahasa Sansekerta, dapat juga diartikan sebagai umbi-umbian yang tumbuh di dekat tanaman bamboo, atau sebuah pertunjukan meniru hewan liar. Tokoh utama Tari Barong mengenakan kepala raksasa dengan mata melotot dan gading mencuat dari mulutnya. Kekayaan seni budaya Banyuwangi terlihat dari banyaknya penampil Tari Barong dari berbagai daerah berbeda di Banyuwangi. Tari Barong ini berbeda dengan tari barong yang ada di Bali maupun provinsi manapun. Perbedaan tersebut terletak pada makna, sejarah serta cerita yang tersirat dalam tarian tersebut, tentunya sejarahnya tidak terlepas dari faktor sejarah budaya daerah itu sendiri. Pemberian nama Tari Barong Kemiren karena kesenian ini berasal dari desa Kemiren yang terkenal akan sejarahnya.
Berbicara mengenai Banyuwangi berserta budaya-budaya yang ada didalamnya tidsk terlepas dari asal usul Banyuwangi yang dapat menciptakan berbagai macam seni, budaya dan adat tradisi yang melekat Banyuwangi maupun daerah lainnya serta mancanegara yang kagum akan budaya daerah ini, maka dari itu kami tertarik untuk membahas bagaimana alur cerita dari Banyuwangi yang berlanjut dalam kesenian Tari Barong Kemiren. Sejarah serta makna pesan yang tersirat dalam Tari Barong Kemiren ini membuat kami ingin lebih jauh mengenal dan mengkaji tarian ini. Makalah ini tidak hanya bermanfaat bagi penyusun, tetapi pembaca akan lebih mengerti dan memahami budaya kesenian tarian yang ada di Banyuwangi khususnya Tari Barong Kemiren.






1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Bagaimana kebudayaan Banyuwangi dapat dikenal oleh masyarakat luas ?
1.2.2        Bangaimana sejarah tentang Tari Barong Kemiren yang terkenal dengan budaya lare osing ?
1.2.3        Apa makna yang terkandung dalam Tari Barong Kemiren ?
1.2.4        Dengan mengenal sejarah serta maknya yang terkandung, apakah terdapat perubahan yang dialami oleh masyarakat maupun daerah itu sendiri ? serta;
1.2.5        Bagaimana kecenderungan dominan fungsional berdasarkan aliran-aliran dalam ilmu antropologi?

1.3 Tujuan
1.3.1    Mengenal lebih mendalam mengenai Banyuwangi serta kesenian tari yang terkenal salah satunya yaitu Tari Barong Kemiren
1.3.2    Menganalisis dan mengkaji sejarah dan makna yang terkandung dalam Tari Barong Kemiren
1.3.3    Untuk memahami dampak Tari Barong Kemiren terhadap masyarakat luar, mancanegara serta masyarakat Banyuwangi sendiri
1.3.4    Mengetahui kecenderungan dominan fungsional berdasar aliran-aliran dalam ilmu antropologi











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wujud Kebudayaan
Kebudayaan menurut Edward Burnett Taylor, merupakan keseluruhan yang kompleks  yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga yaitu :
1. Gagasan (Wujud ideal) adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka wujud dari kebudayaan ideal itu berbentuk karangan, dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering disebut dengan sistem sosial. Yang terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Wujud kebudayaan ini bersifat konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati, serta didokumentasikan.
3. Artefak  (Karya)  adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain.
            Wujud dari kebudayaan Banyuwangi dapat diklasifikasikan dalam bentuk artefak(karya), karena selain dapat dilihat oleh panca indera, kebudayaan ini dapat diraba serta didokumentasikan dalam bentuk foto maupun video. Dalam pementasan Tari Barong ini masyarakat dapat mengambil foto serta merekamnya dalam bentuk video sehingga dapat dikatakan kesenian ini berwujud artefak. Tidak hanya pementasan, barong yang digunakan sebagai objek pementasan juga dapat dilestarikan keberadaannya karena tidak semua orang dapat melakukan tarian ini.

2.2 Kabupaten Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten yang terletak di ujung paling Timur pulau Jawa dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Situbondo di utara, dengan selat Bali di bagian Timur, Samudra Hindia di bagian selatan serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di bagian  barat. Kabupaten ini dihuni oleh beragam suku bangsa. Mayoritas penduduk lokal Banyuwangi adalah suku Osing yang dipercaya merupakan sub-suku Jawa, dan suku lain yang hidup dengan damai seperti, suku Madura, suku Jawa, Bali dan Bugis. Bahasa yang digunakan sebagai lat komunikasi penduduk lokal memakai bahasa Osing, yang merupakan ragam tertua bahasa Jawa tapi berdasarkan kebudayaan.
Segala hal yang ada di Kabupaten Banyuwangi sangat menarik untuk di bahas, baik dari segi budaya, pariwisata alamnya atau bahkan kulinernya. Secara geografis, Banyuwangi terletak di daerah wisata alam yang masih hijau dan di tambah juga dengan lokasinya yang dekat dengan Samudra Hindia. Oleh karena itu, terdapat penyatuan lokasi yang bisa dikunjungi yaitu pantai dan daerah pegunungan seperti Taman Nasional Baluran, Kawah Ijen, Taman Wisata Rogojampi dan masih banyak lagi. Tidak hanya potensi alam, dari segi kulinernya Banyuwangi juga memiliki makanan khas yang tidak kalah menarik yaitu rujak soto. Dua jenis makanan yang sangat berbeda ini merupakan bentuk kreativitas oleh masyarakat lokal Banyuwangi.
Sedangkan dari segi kesenian, adat istiadatnya tidak kalah menarik. Terdapat beberapa jenis kesenian dalam bentuk tarian yang cukup menarik untuk dibahas. Seperti tari gandrung, tari barong, tari sewu gandrung, serta kesenian angklung, dan sebagainya. Begitu beragamnya bentuk budaya tidak membuat masyarakat lokal bosan, tetapi menambah semangat masyarakat lokal untuk tetap melestarikan kesenian-kesenian ini. Kabupaten Banyuwangi terdapat beberapa desa yang sejak dulu sudah menjadi bagian dari Kabupaten ini, salah satunya desa Kemiren. Desa ini cukup terkenal karena adanya Tari Barong yang digunakan sebagai acara ritual desa tersebut.

2.3 Kesenian Barong Kemiren
Kabupaten Banyuwangi mempunyai seni tradisi yang cukup populer di kalangan masyarakat yaitu kesenian pertunjukan Barong Prejeng di Desa Kemiren. Ciri khas dari barong prejeng adalah musiknya lebih semangat dan ritme permainan kendang dan gong lebih dinamis. Jenis barong dibagi menjadi dua yaitu 1. Barong Lakon yang ditampilkan sebagai teater rakyat biasanya dilakukan malam hari, dan 2. Barong Prejeng yang digunakan untuk ngarak pengantin atau sunatan. Namun di Banyuwangi, pertunjukan barong using menggunakan cerita-cerita dongeng tentang kehidupan masyarakat atau rakyat jelata dengan makhluk-makhluk halus. Bagi masyarakat Osing, barong adalah sebuah simbol kebersamaan, yang memiliki arti serupa "Bersama". Di desa Kemiren, tari barong dikenal sebagai tari barong kemiren atau disebut juga “Barong Banyuwangi” adalah kesenian kuno asal sebagai bentuk seni pertunjukan rakyat yang menggunakan media barong. Kesenian ini diyakini sangat sakral, sehingga ada perlakuan khusus. Barong Kemiren berhubungan dengan Buyut Cili, yang diyakini penduduk setempat sebagai cikal bakal desa. Disaat-saat tertentu barong harus diupacarai, diberi sesaji, serta dirawat dengan hati-hati. Dalam setiap ritual masyakat Osing, kehadiran barong selalu ada walaupun dibawakan dalam berbagai versi, namun tetap memiliki makna yang sama yaitu kebersamaan.




















BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kebudayaan Banyuwangi Serta Masyarakat luas
            Budaya atau kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.  Selain itu, budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture terkadang bisa diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
            Suatu kebudayaan dapat dikenal oleh masyarakat tentunya tidak terlepas dari peran masyarakat lokal sendiri, bagaimana masyarakat lokal dapat mengangkat budaya daerah sehingga masyarakat luas dapat mengenalnya. Tidak hanya dikalangan nasional saja, jika masyarakat mampu untuk mengembangkan budaya tersebut, maka akan meluas hingga ke mancanegara. Tari Barong Kemiren menjadi saksi perjuangan masyarakat lokal serta pemerintah daerah yang sangat antusias untuk mengembangkan tarian ini. Tarian Barong Kemiren menjadi tarian khas Banyuwangi, bahkan salah satu ikon pariwisata tanah Blambangan. Barong Kemiren pernah dipentaskan di Osaka, Jepang, dalam festival tradisional dunia. Tarian Barong ini tidak hanya dipentaskan di kalangan masyarakat lokal, tetapi masyarakat luas hingga ke Internasional.
            Tarian ini merupakan wujud kebudayaan masyarakat lokal Banyuwangi yang mempercayai adanya makhluk halus sebagai nenek moyang mereka serta dipercaya untuk menjaga daerah tersebut. Oleh karena itu, tarian ini dianggap sebagai tarian sakral oleh masyarakat Desa Kemiren, Banyuwangi. Tarian juga hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang profesional. Masyarakat luas dapat mengenal tarian ini karena wujud barong yang digunakan memberikan kesan yang menarik, tokoh utama tari barong mengenakan kepala raksasa dengan mata melotot dan gading mencuat dari mulutnya. Selain itu, musik yang digunakan lebih semangat dan ritme permainan kendang dan gong lebih dinamis. Tidak hanya bentuk barong yang aneh, tetapi musik juga mempengaruhi tari barong ini. Kebudayaan ini sebenarnya tidak hanya berkembang di Banyuwangi, akan tetapi sejarah tarian barong di setiap daerah tentu saja berbeda-beda. Masyarakat mengenal Banyuwangi dengan sebutan Kota Blambangan. Dari sebutan inilah, tentunya Banyuwangi akan lebih dikenal oleh masyarakat luas, sehingga masyarakat akan lebih mudah untuk mengenal kebudayaannya tidak hanya pada sejarah Kota Blambangan. Di Indonesia sendiri, kabupaten Banyuwangi cukup dikenal daripada daerah lainnya, sehingga masyarakat daerah lain secara otomatis akan ikut melestarikan kebudayaan yang ada di Banyuwangi yaitu kesenian Tari Barong. Masyarakat Indonesia akan membantu mengekspor kesenian ini ke dunia Internasional agar mancanegara mengenal kesenian unik Indonesia, khususnya Banyuwangi.
3.2 Sejarah Tari Barong Kemiren Yang Dikenal Dengan SebutanTari Banyuwangi
Bagi masyarakat Using/Osing, barong adalah sebuah simbol kebersamaan. Ritual apa pun yang ada di daerah Banyuwangi hampir tidak pernah lepas dari tarian ini. Kata 'barong' berasal dari bahasa Using, bareng artinya bersama atau kebersamaan. Masyarakat mempercayai sejarah yang sudah turun-temurun berkembang di lingkungannya. Meskipun dari generasi ke generasi penerus, tarian ini masih digunakan dalam ritual-ritual yang sakral, karena faktor sejarah tarian barong ini memberikan anggapan atau asumsi bahwa tarian ini tidak boleh ditinggalkan. Terdapat  banyak versi tentang sejarah barong di Banyuwangi. Namun, maknanya tetap sama " kebersamaan ".


3.2.1 Sejarah Tari Barong Dilihat Dari Wujud Sakralnya
Wujud sakral barong, ada yang mengisahkan barong bermula dari pertarungan dua bangsawan sakti dari Bali dan Blambangan. Bangsawan tersebut yaitu  Minak Bedewang dan Alit Sawung. Tanpa adanya penyebab yang  jelas, keduanya terlibat pertarungan hebat. Pertarungan berlangsung hingga dalam jangka waktu lama, tetapi tidak satu pun yang terluka. Masing-masing dari bangsawan ini menggunakan wujud sakti yang mengerikan, seekor harimau besar dan burung garuda. Dua perwujudan inilah yang  bertarung dahsyat. Meski saling serang, kedua kesatria itu tetap sama kuatnya. Kemudian munculah suara aneh dari langit. Suara tanpa rupa itu mengingatkan agar menghentikan pertempuran. Keduanya diminta untuk menghentikan pertarungan dan berdamai. Akhirnya, kedua wujud menyeramkan itu bersatu. Sejak itu, masyarakat Using memiliki wujud barong sebagai simbol kebersamaan.
Masyarakat osing meyakini bahwa barong bisa mengusir pengaruh jahat,penyakit dan segala bahaya. Dengan sejarah inilah tarian Barong dan barong sangat disakralkan. Sebelum ditarikan, barong wajib diberi ritual khusus. Jika tidak, akan berbahaya bagi penari dan warga sekitar. Barong digunakan untuk upacara-upacara sakral. Tarian Barong dilakukan terutama untuk upacara sakral seperti ider bumi atau selamatan desa. Nilai mistis barong tetap dijaga oleh masyarakat Banyuwangi, Desa Kemiren. Selain itu, penari yang berhak menggunakan barong adalah orang pilihan alam.
3.2.2 Asumsi Sejarah Tari Barong Menurut Beberapa Budayawan
1. Menurut Hasnan Singodimayan
Terdapat beberapa asumsi mengenai tarian barong yang berkembang saat ini. Menurut Hasnan Singodimayan, budayawan setempat, kesenian barong Kemiren bercerita tentang gadis cantik bernama Ja'rifah, yang dijaga hewan bertubuh besar bermuka buruk--yang kemudian disebut barong yang bertugas melawan penjajah. Menurut budayawan tersebut, barong sangat setia kepada tuannya sehingga dianggap simbol kepahlawanan. Kesenian barong Kemiren mirip dengan kesenian barong yang ada di Bali. Menurut Hasnan,  kemiripan ini dianggap hal yang wajar  karena kedekatan kultur yang saling mempengaruhi dalam sejarah hubungan antara Bali dan Banyuwangi.  Perbedaannya telihat secara fisik ukuran barong Bali lebih besar dan tidak punya sayap. Menurut Hasnan, ada beragam versi tentang sejarah barong Kemiren. Ada yang menyebut barong bukan kesenian asli Jawa, melainkan dari Bali. Kesenian ini dibawa dan dikembangkan warga Bali yang terpaksa bermukim di Banyuwangi karena terjadi kekacauan di Bali. Dalam Versi lain menyebutkan kesenian barong berasal dari Cina, yang masuk Jawa pada zaman Majapahit. Terdapat kemiripan antara barong dan tari Singa Cina, yang berkembang pada zaman Dinasti Tang pada abad VII-X.

2. Menurut Andi, Budayawan Asli Desa Kemiren
Barong Kemiren adalah kesenian asli dari Desa Kemiren,Glagah. Salah seorang budayawan asli Kemiren yang bernama Andi berasumsi bahwa barong Kemiren adalah hasil ciptaan asli warga Kemiren kuno yang bernama Sanimah abad ke-16. Barong kuno berwujud dengan fisik yang  jelek dan buruk rupa. Barong kuno itu kemudian diwariskan kepada anaknya, Tompo ( Eyang Buyut Tompo/ Mbah Tompo ). Selama penjajahan Belanda, Tompo mengungsi ke kota dan membawa barong tersebut. Kemudian Tompo bertemu dengan Sukip dan Win yang ahli membuat barong. Karena terkesan, Tompo yang banyak memiliki uang meminta dua ahli barong itu untuk membuatkannya. Kemudian dibuatlah barong baru yang lebih bagus. Setelah berakhirnya perjuangan perang melawan Belanda, Tompo kembali ke Kemiren serta membawa barong barunya. Sejak itu, barong berkembang di Desa  Kemiren. Barong Tompo kemudian diwariskan ke Surtaman dan Samsuri. Dari sinilah kesenian Barong tumbuh hingga sekarang.


3. Menurut Sucipto
Berbeda dengan budayawan yang lainnya. Menurut  Sucipto yang saat ini menjadi Ketua Barong Tresno Budoyo beranggapan mengenai barong Kemiren, pada sekitar tahun 1647. Mbah Tompo bermimpi diminta membuat barong. Bersama temannya yang bernama Mbah Soeb, keduanya melaksanakan perintah dalam mimpi itu. Anehnya, ketika membuat barong tersebut tangan mereka seperti ada yang menggerakkan. Kemudian terciptalah  bentuk barong seperti barong yang dikenal sekarang ini. Barong yang dibuat Mbah Tompo dan Soeb terus dipakai sampai sekarang. Diperkirakan usia barong sekitar 361 tahun. Meski usianya sudah berabad-abad, fisik barong tetap utuh. Barong ini harus disimpan oleh keturunan Mbah Tompo, yang sekarang sudah sampai pada generasi keempat. Konon saat itu ada cerita lain lagi, di Desa Kemiren ada pertunjukan Seblang yang dimainkan Embah Sapua. Ketika penari seblang kesurupan, terjadilah dialog dengan Eyang Buyut Tompo agar pementasan seblang dipindah ke desa Ole-Olean ( Olehsari ), sedangkan di desa Kemiren dipentaskan seni barong. Sejak saat itu ada ketentuan yang harus dipegang teguh oleh masyarakat, yakni masyarakat Desa Kemiren tidak diperkenankan mementaskan seblang, dan sebaliknya masyarakat Olehsari tidak boleh mementaskan barong. Seni Barong yang diciptakan Buyut Tompo ini didasari oleh leluhur masyarakat Kemiren yang dikenal dengan sebutan Eyang Buyut Cili, yakni tokoh yang dimitoskan dan dianggap sebagai danyang atau penjaga desa Kemiren. Oleh karenanya setiap pementasan, yakni tatkala barong mengalami kesurupan yang masuk/merasuki adalah Eyang Buyut Cili.        
3.3.3        Makna Dalam Tarian Barong Kemiren    
3.3.3.1 Makna Tari Barong Di beberapa Prosesi Ritual  Di Kemiren
Pada awalnya, Tari Barong adalah seni pertunjukan yang bersifat sakral dan pementasannya dilaksanakan hanya pada saat-saat tertentu, misalnya pada saat upacara bersih desa yang diselenggarakan pada minggu pertama bulan Haji (Besar). Tetapi sekarang ini seni barong sudah menjadi pertunjukan yang bersifat hiburan sehingga bisa dipentaskan pada saat pesta perkawinan, khitanan, atau pergelaran-pergelaran seni lainnya. Kesenian ini merupakan seni rakyat yang secara khusus mengandung ciri khas Using, baik yang menyangkut musik, tari, dialog, maupun ceritanya. Tari Barong biasanya diiringi beberapa gamelan khas, seperti kendang, kecrek, gong dan ketuk. Sekilas, gamelan Barong mirip Kuda Lumping dan Reog Ponorogo. Bedanya, Barong tidak menggunakan terompet. Personal Barong 12 orang, terdiri atas dua penari Barong, dua penari berbentuk ayam. Barong ditarikan dua orang, di kepala dan di bagian ekor. Gending pengiring Barong sarat petuah kehidupan. Musiknya rancak seperti orang bertarung sebagai simbol kebersamaan. Ada sekitar 20 jenis gending pengiring Barong. Di antaranya, kembang jeruk, prejengan dan kopyahan. Dalam sekali tarian membutuhakan waktu sekitar 2 jam. Tari Barong diakhiri tari Ayam Bertarung, simbol suasana kemenangan.

1.        Dalam Pesta Perkawinan

Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat setempat mempertunjukkan barong Kemiren dalam hajat apa pun. Dengan menanggap barong, sang pengantin berharap rumah tangganya selalu bahagia dan mendapat banyak keberuntungan. Masyarakat Kemiren pun menjadikan acara ini sebagai hiburan masyarakat setempat. Saat prosesi biasanya barisan macan-macanan berada di depan barong, di belakang barong terdapat sepasang pengantin duduk di atas kereta kuda. Iring-iringan diarak berkeliling desa dan berakhir di rumah sang pengantin. Tontonan ini  disebut arak-arakan Barong Kemiren, yang dipertunjukkan dalam hajat perkawinan tradisional di desa yang berjarak 6 kilometer dari Kota Banyuwangi. Barong Kemiren bisa dipertunjukkan semalaman. Dengan tiga tahap cerita, barong dimainkan . Barong Kemiren tak sekadar menjadi kesenian yang ditanggap untuk menghibur. Oleh warga desa, yang sebagian besar petani, barong sangat disakralkan karena dipercaya memiliki kekuatan magis arwah nenek moyang. Dapat dikatakan makna yang terkandung dalam tarian barong ini tidak hanya digunakan sebagai hiburan masyarakat setempat maupun luar daerah, tetapi terdapat beberapa makna yang terkadung dalam tarian ini. Selain bersifat sakral, untuk pernikahan dan beberapa upacara yang lainnya tarian ini wajib dipertunjukkan di desa Kemiren. Karena dianggap memberikan kebahagiaan kepada pengantin serta keluarganya kelak.

2.        Upacara Bersih Desa

Pemangku adat Desa Kemiren, Serad menceritakan bagaimana barong dipakai dalam upacara bersih desa, yang dilakukan setiap setiap tanggal 2 Syawal atau Lebaran ( idul Fitri ) yang disebut upacara Idher Bumi. Barong dengan tabuhan gamelan mengelilingi desa dan ditutup dengan makan bersama di sepanjang jalan desa. Dalam acara Ider Bumi ada empat jenis tarian Barong yang ditampilkan dan mempunyai cerita sendiri-sendiri. Keempat jenis Barong tersebut adalah Barong Tua, Barong Remaja, Barong anak-anak dan Barongsai. Keempat jenis Barong adalah sebagai lambang generasi-generasi yang menghuni desa Kemiren. Dalam pertunjukkannya barongsai diikutkan dalam acara tersebut karena di desa Kemiren yang terkenal dengan Kampung Using ternyata ada etnik lain yang menghuninya, yaitu Tionghoa.
Acara lainnya yang menggunakan barong yaitu dilaksanakan setiap tanggal 1 bulan Haji dengan membuat seribu tumpeng atau dikenal dengan selamatan "Tumpeng Sewu". Ritual ini sebagai ucapan syukur masyarakat karena diberikan rejeki berlebih. Barong sebagai sarana ritual kesuburan yang terlihat pada makanan yang disajikan, yakni makanan hasil bumi, seperti nasi tumpeng dan sayur, jajan pasar, pala kependhem, pala gumandhul, dan pala kesimpar. Selain Ritual ini dilaksanakan untuk menghormati danyang desa Kemiren agar kemakmuran desa tetap terjaga dan terjauhkan dari bencana.
Pada 20 tahun yang lalu, upacara ini pernah ditinggalkan karena hujan lebat. Beberapa hari kemudian, istri salah satu ahli waris barong kesurupan. Ia berteriak-teriak marah karena Idher Bumi tidak digelar. Tidak lama kemudian, bayi wanita itu meninggal. Sehingga masyarakat setempat menjadi takut jika upacara Idher Bumi tidak diselenggarakan. Kesakralan Barong juga dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit. Obat diambilkan dari kemenyan yang dibakar di bawah tubuh barong, lalu dilarutkan dalam air, yang dipercaya bisa mengobati berbagai penyakit, mulai buta hingga sakit perut.mulai pukul 21.00 sampai 06.00 keesokan harinya.

3.3.4        Perubahan Yang Terjadi Dalam Lingkungan Masyarakat Serta Desa Kemiren

a.         Perubahan Yang Terjadi Di Lingkungan Masyarakat
Barong berbentuk topeng sebagai penggambaran hewan yang menakutkan, dalam mitologi masyarakat using di percaya sebagai lambang kebaikan yang mempunyai kemampuan untuk mengusir pengaruh-pengaruh jahat. Itulah kenapa Barong dijadikan ikon Kemiren. Dengan asusmsi inilah akan berpengaruh terhadap perilaku masyarakat serta adat yang berkembang di desa Kemiren. Tarian yang dianggap sakral dan apabila tidak diselenggarakan akan menimbulkan bencana pada daerah tersebut akan membentuk mindset atau pemikiran masyarakat bahwa tarian ini wajib diselenggarakan pada tanggal-tanggal yang dianggap sakral. Sejarah serta makna yang terkandung akan membuat masyarakat takut serta ingin mendapatkan keselamatan dunia. Selain keselamatan, masyarakat juga mempercayai dengan rezeki yang melimpah dan kebahagiaan baik di lingkungan masyarakat sendiri maupun lingkungan keluarga.
Dengan tertanamnya mindset serta mitos yang berkembang, daerah tersebut dianggap menjadi daerah yang masih kental dengan adat istiadat dan mitos yang masih belum bisa diketahui kebenarannya. Mitos-mitos akan roh halus masih dianggap ada di zaman modern saat ini, meskipun perkembangan zaman semakin pesat, tetapi masyarakatdesa tersebut tidak berani untuk meninggalkan tarian ini, karena mereka masih percaya akan adanya roh halus nenek moyang yang bisa memberikan keselamatan, kebahagiaan, dan lain sebagainya. Tetapi pada zaman modern saat ini, kepercayaan akan roh halus masih dipertanyakan kebenarannya, karena pada tarian barong sendiri sekarang tidak hanya diselenggarakan untuk upacara atau ritual sakral tetapi juga dipertunjukkan untuk acara lainnya, seperti acara khitanan(sunatan),pernikahan, dan lain-lain. Selain itu, masyarakat juga mulai mengekspor Tarian Barong Kemiren di tingkat mancanegara.
b.        Perubahan Yang Terjadi Pada Desa Kemiren
            Perubahan yang terjadi di Desa Kemiren dapat dilihat dari mulai dikenalnya Desa Kemiren yang lebih dikenal dengan budaya osing Banyuwangi. Karena Desa Kemiren terletak di Kabupaten Banyuwangi, tepatnya di Kecamatan Glagah. Desa ini terkenal dengan adanya tarian Barong yang disebut dengan Tarian Barong Kemiren yang memiliki makna, sejarah, serta mitos roh-roh halus yang dipercayai memberikan kebahagian, keselamatan, dan lain-lain. Tarian ini memberikan dampak terhadap desa itu sendiri, selain dianggap bisa menjaga keselamatan desa dari bencana atau musibah, tarian ini juga membuat kabupaten banyuwangi menjadi terkenal di masyarakat dalam negeri maupun luar negeri, yang dikenal dengan buadaya lare osing.
3.3.5        Kecenderungan Dominan Fungsional Tari Barong Kemiren Berdasarkan Aliran-Aliran Dalam Ilmu Antropologi
Antropologi adalah ilmu  yang mempelajari tentang manusia baik di masa lalu maupun masa kini yang menggambarkan manusia melalui pengetahuan ilmu sosial dan ilmu hayati (alam), dan juga humaniora. Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal") atau secara etimologis antropologi berarti ilmu yang mempelajari manusia. Jika antropologi mempelajari manusia secara umum, berbeda halnya dengan antropologi budaya. Antropologi budaya adalah cabang antropologi yang berfokus pada penelitian variasi kebudayaan di antara kelompok manusia. Dalam ilmu antropologi terdapat beberapa aliran-aliran yang terbagi menjadi 8 aliran yaitu: 1. Aliran Evolusi, 2. Aliran Determinisme Geografis, 3. Aliran Difusionisme, 4. Aliran Fungsionalisme, 5. Aliran Strukturalisme Perancis, 6. Aliran Ekologi Kebudayaan, 7. Aliran Leiden, 8. Aliran Psikologi dalam antropologi.
Berdasarkan kebudayaan kesenian yang ada di Banyuwangi, Desa Kemiren yaitu Tari Barong Kemiren termasuk dalam aliran Strukturalisme Perancis. Aliran Strukturalis atau Strukturalisme merupakan suatu pendekatan ilmu humanis yang mencoba untuk menganalisis bidang tertentu (misalnya, mitologi) sebagai sistem kompleks yang saling berhubungan. Aliran Strukturalisme Perancis Merupakan analisa kebudayaan Levi Straus. Dalam aliran ini, kebudayaan manusia dinyatakan dalam kesenian, pola kehidupan sehari-hari dan upacara-upacara sebagai perwakilan lahiriah dari struktur pemikiran manusia. Levi Stratus mendekatkan aliran ini dengan mite yang mengungkapkan pola-pola universal sehingga melatarbelakangi legenda-legenda, cerita-cerita rakyat dari masyarakat yang berbeda-beda.
Tarian Barong Kemiren termasuk dalam aliran ini karena dilihat dari sejarah serta pemaknaan baik itu dalam wujud bentuk barong, musik, maupun makna di dalam tarian itu sendiri berasal dari mitos rakyat atau sistem kepercayaan yang turun-temurun dari nenek moyangnya. Sehingga muncullah pemikiran atau gagasan untuk menjadikan tarian barong menjadi tarian sakral atau suci yang tidak boleh ditinggalkan oleh generasi-generasi penerus. Pemaikaian simbol sakral terletak pada wujud barong sebagai simbol rasa kebersamaan. Bentuk wujud barong yang jelek dan menakutkan dikarenakan sejarah serta pemikiran manusia akan adanya roh-roh halus yang masuk ke dalam barong tersebut. Selain itu, wujud fisik barong juga dikarenakan sejarah adanya perang antara bangsawan Bali dan Banyuwangi yang menggunakan hewan sakti yang mengerikan, seekor harimau besar dan burung garuda. Kemudian hewan ini menjadi satu sehingga terbentuklah barong yang sekarang ini menjadi pertunjukkan yang menarik untuk dilihat. Manusia tidak akan memiliki arti apabila masyarakatnya tidak bisa melahirkan suatu ide atau gagasan yang akan membentuk suatu kebudayaan. Pemikiran manusia yang berbeda-beda akan mendorong terciptanya ide bersama dan lebih dikenal sebagai kebudayaan daerah.







BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
            Banyuwangi merupakan kabupaten terkenal sebagai daerah yang memiliki khas yang berbeda. Daerah yang terkenal dengan sebutan Kota Blambangan. saat ini kabupaten Banyuwangi terkenal dengan berbagai aspek yang menarik yaitu keindahan alam, makanan khas, serta kesenian baik tarian maupun yang lainnya. Kesenian yang begitu memukau masyarakat lokal maupun internasional yaitu kesenian tarian yang biasa dikenal dengan sebutan Tari Barong Kemiren. Tarian yang memiliki sejarah dengan beragam versi, serta makna yang terkandung di dalamnya membuat masyarakat tidak bisa menghilangkan kesenian ini. Masyarakat daerah desa Kemiren sampai saat ini masih mempercayai adanya roh-roh halus nenek moyang yang dipercaya menjaga daerah tersebut dari bencana. Tidak hanya itu, masyarakat juga meyakini bahwa barong bisa memberikan kebahagiaan bagi pengantin baru, serta memberikan rezeki bagi masyarakatnya.
            Sejarah Tari Barong Kemiren terdiri dari beragam versi, ada yang mengatakan bahwa tarian ini berawal dari Mbah Tompo dan Eyang Buyut Cili. Kemudian di versi lain ada yang beranggapan bahwa wujud Barong ada pada saat terjadinya perang antara bangsawan Bali dan Banyuwangi. Masing-masing dari bangsawan ini menggunakan wujud sakti yang mengerikan, seekor harimau besar dan burung garuda. Dua perwujudan inilah yang  bertarung dahsyat. Meski saling serang, kedua kesatria itu tetap sama kuatnya. Kemudian munculah suara aneh dari langit. Suara tanpa rupa itu mengingatkan agar menghentikan pertempuran. Keduanya diminta untuk menghentikan pertarungan dan berdamai. Akhirnya, kedua wujud menyeramkan itu bersatu. Sejak itu, masyarakat Using memiliki wujud barong sebagai simbol kebersamaan.
Barong dianggap makhluk yang mengerikan dengan mata yang melotot. Tokoh utama tari barong mengenakan kepala raksasa dengan mata melotot dan gading mencuat dari mulutnya. Selain itu, musik yang digunakan lebih semangat dan ritme permainan kendang dan gong lebih dinamis. Tetapi makhluk ini dianggap makhluk sakral dan wajib dipertunjukkan setiap tanggal-tanggal yang dianggap suci. Masyarakat berasumsi jika kesenian ini ditinggalkan, bencana dan musibah akan terjadi pada daerah itu. Dengan pemikiran masyarakat yang saat ini masih menganggap itu wajib untuk dipertunjukkan akan membuat generasi-generasi penerus bisa melestarikan kebudayaan daerah.
            Pada saat ini, tarian Barong Kemiren tidak hanya sebagai tarian sakral, tetapi juga dapat dipentaskan pada acara-acara seperti khitanan,pernikahan,dan lain-lain. Bahkan tarian ini pernah dipentaskan di Osaka, Jepang pada acara festival tradisional dunia.  Perkembangan zaman yang saat ini sudah memasuki era modern, kesenian ini tidak hanya dipentaskan untuk acara sakral, tetapi juga bisa dipentaskan pada acara lain.
Dalam ilmu antropologi terdapat beberapa aliran-aliran. Berdasarkan kebudayaan kesenian yang ada di Banyuwangi, Desa Kemiren yaitu Tari Barong Kemiren termasuk dalam aliran Strukturalisme Perancis. Aliran Strukturalis atau Strukturalisme merupakan suatu pendekatan ilmu humanis yang mencoba untuk menganalisis bidang tertentu (misalnya, mitologi) sebagai sistem kompleks yang saling berhubungan. Aliran Strukturalisme Perancis Merupakan analisa kebudayaan Levi Straus. Dalam aliran ini, kebudayaan manusia dinyatakan dalam kesenian, pola kehidupan sehari-hari dan upacara-upacara sebagai perwakilan lahiriah dari struktur pemikiran manusia. Levi Stratus mendekatkan aliran ini dengan mite yang mengungkapkan pola-pola universal sehingga melatarbelakangi legenda-legenda, cerita-cerita rakyat dari masyarakat yang berbeda-beda.
Tarian Barong Kemiren termasuk dalam aliran ini karena dilihat dari sejarah serta pemaknaan baik itu dalam wujud bentuk barong, musik, maupun makna di dalam tarian itu sendiri berasal dari mitos rakyat atau sistem kepercayaan yang turun-temurun dari nenek moyangnya. Sehingga muncullah pemikiran atau gagasan untuk menjadikan tarian barong menjadi tarian sakral atau suci yang tidak boleh ditinggalkan oleh generasi-generasi penerus.
           

4.2 Saran
            Suatu kebudayaan tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Pihak-pihak itu diantaranya masyarakat desa Kemiren, masyarkat luar daerah, serta pemerintah sendiri. Sebenarnya kebudayaan muncul karena adanya ide atau gagasan yang dilahirkan oleh masyarakat daerah itu sendiri. Jadi, tidak hanya masyarakat yang menjaga, melestarikan serta mengembangkan budaya daerah, tetapi pemerintah harus ikut serta dan bekerjasama dengan masyarakat. Kebudayaan daerah sebaiknya tidak hanya digunakan sebagai ikon daerah itu sendiri, tetapi kebudayaan tersebut harus bisa membuat masyarakat internasional tertarik dan mengenal budaya itu. Dengan demikian, ikon kebudayaan Banyuwangi seharusnya tidak hanya terkenal sebagai budaya Banyuwangi saja, tetapi juga harus mampu menarik masyarakat internasional dan dikenal dengan budaya Indonesia.


















DAFTAR PUSTAKA


Share:
Lokasi: Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar

 Klik Enter untuk mencari
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh . Shalom aleichem . Om swastiastu . Namo sang hyang adi buddhaya. SELAMAT DATANG DI BLOG OPINI MAHASISWA AN

About

Blog "Opini Mahasiswa AN14" ini dibuat untuk memenuhi tugas kuliah Prodi AN FISIP UNEJ. Semoga bermanfaat

Time & Date

Translate

Diberdayakan oleh Blogger.

Labels

Quotes

“Pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia, karena dengan itu Anda dapat mengubah dunia” – Nelson Mandela

“Seseorang yang berhenti belajar adalah orang lanjut usia, meskipun umurnya masih remaja. Seseorang yang tidak pernah berhenti belajar akan selamanya menjadi pemuda” -Henry Ford

“Berikan seorang pria semangkuk nasi dan Anda akan memberinya makanan untuk sehari. Ajarkan seorang pria memelihara padi dan Anda akan memberinya makanan seumur hidup” – Confusius

“Pembelajaran tidak didapat dengan kebetulan. Ia harus dicari dengan semangat dan disimak dengan tekun” – Abigail Adams

“Agama tanpa ilmu adalah buta. Ilmu tanpa agama adalah lumpuh.” – Albert Einstein

“Belajar memang bukan satu-satunya tujuan hidup kita. Tetapi kalau itu saja kita tidak sanggup atasi, lantas apa yang akan kita capai” – Shim Shangmin

“Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan” – Mario Teguh

“Yang hebat didunia ini bukanlah tempat dimana kita berada, Melainkan arah yang kita tuju.” - Oliver Wendell Holmes

“Engkau tak dapat meraih ilmu kecuali dengan enam hal yaitu cerdas, selalu ingin tahu, tabah, punya bekal dalam menuntut ilmu, bimbingan dari guru dan dalam waktu yang lama.” - Ali bin Abi Thalib

“Jangan pernah meragukan keberhasilan Sekelompok kecil orang yang bertekad mengubah dunia, Karena hanya kelompok seperti itulah yang pernah berhasil melakukannya” - Margaret Mead

“Pendidikan bukan persiapan untuk hidup. Pendidikan adalah hidup itu sendiri.“ - John Dewey

“Yang penting bukan bagaimana caramu hidup melainkan hidup siapa yang kamu ubah dengan hidupmu. Seorang majikan bisa memberitahumu apa yang ia harapkan darimu Tapi seorang guru membangkitkan pengharapanmu sendiri” - Patricia Neal

“Bantinglah otak untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya guna mencari rahasia besar yang terkandung di dalam benda besar yang bernama dunia ini, tetapi pasanglah pelita dalam hati sanubari, yaitu pelita kehidupan jiwa.” - Al- Ghazali

“Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun.” - Soekarno

“Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kamu dan juga orang-orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan hingga beberapa derajat.” - (al-Mujadalah : 11)

“Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.” - Winston Chuchill

“Bila orang mulai dengan kepastian, dia akan berakhir dengan keraguan. Jika orang mulai dengan keraguan, dia akan berakhir dengan kepastian.” - Francis Bacon

“Nalar hanya akan membawa anda dari A menuju B, namun imajinasi mampu membawa anda dari A ke manapun.” - Albert Einstein

“Tuntulah ilmu pengetahuan itu mulai dari buaian, sampai keliang lahat.” - (Hadits)

“Bukanlah kebaikan itu dengan banyaknya harta dan anak, tetapi dengan banyaknya ilmu, besarnya kesabaran, mengungguli orang lain dalam ibadahnya, apabila berbuat kebaikan ia bersyukur dan bila berbuat salah (dosa) ia beristighfar kepada Allah.” - Ali bin Abi Thalib

“Dengan kecerdasan jiwalah manusia menuju arah kesejahteraan.” - Ki Hajar Dewantara


jadwal-sholat