WUJUD
KEBUDAYAAN KABUPATEN BANYUWANGI
YANG
DIIMPLEMENTASIKAN DALAM BENTUK
KESENIAN
TARI BARONG KEMIREN
MAKALAH
Oleh
Lenyana
Budi Erwandayani 140910201015
PROGRAM STUDI
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
JURUSAN ILMU
ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU
SOSIAL DAN ILMU POITIK
UNIVERSITAS
JEMBER
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Propinsi
Jawa Timur adalah propinsi yang terletak di bagian ujung paling timur Pulau
Jawa. Di provinsi Jawa Timur terdapat suatu kabupaten yang sangat terkenal akan
kebudayaannya. Tidak hanya itu saja, kabupaten ini juga terkenal akan keindahan
alamnya. Tidak heran apabila kabupaten ini terkenal hingga ke mancanegara.
Kabupaten tersebut dikenal dengan nama Banyuwangi. Letak geografis Kabupaten
Banyuwangi yaitu terletak di ujung timur propinsi Jawa Timur. Sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Situbondo, sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali dan
sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia, sedangkan di bagian barat
berbatasan dengan Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso. Banyuwangi terkenal
sebagai daerah kabupaten yang memiliki kultur dan etnik yang beranekaragam.
Keberagaman itu dapat dilihat berdasarkan kultur masyarakatnya secara dominan
terbagi ke dalam tiga etnik yaitu, etnik Jawa Mataraman, etnik Madura Pandalungan,
dan etnik Using. Banyuwangi tidak hanya terkenal akan budayanya, tetapi juga
terkenal mengenai sistem pemerintahan daerah yang saat ini dapat dikatakan
lebih maju daripada sebelumnya. Banyaknya budaya serta kekayaan alam yang
diekspost oleh Bupati sendiri supaya lebih mengenalkan Banyuwangi di tingkat
nasional maupun Internasional. Dapat dibuktikan dengan banyaknya wisatawan
asing yang tertarik datang ke Banyuwangi baik untuk nelihat budayanya maupun
kekayaan alamnya.
Sebagai wilayah yang dihuni oleh
berbagai etnis, Banyuwangi tentunya sangat kaya akan potensi seni budaya serta
adat istiadatnya. Hampir semua etnis yang tinggal di Banyuwangi sangat peduli
terhadap budaya tradisionalnya. Dalam prakteknya mereka ada yang masih membawakan
seni tradisinya secara utuh,namun ada pula yang berakulturasi dengan seni
budaya tradisional dari etnis lain maupun seni modern sehingga memperkaya budaya
yang hidup dan berkembang di Banyuwangi. Salah satu kebudayan yang menarik
untuk dikaji yaitu mengenai tarian yang ada di Banyuwangi. Di
antara banyak tarian khas Banyuwangi, Tari Barong Kemiren merupakan salah satu
bukti kekayaan seni budaya Banyuwangi yang paling terkenal. Kata “barong”
memiliki banyak makna. Barong dapat diartikan beruang dalam Bahasa Sansekerta,
dapat juga diartikan sebagai umbi-umbian yang tumbuh di dekat tanaman bamboo,
atau sebuah pertunjukan meniru hewan liar. Tokoh utama Tari Barong mengenakan
kepala raksasa dengan mata melotot dan gading mencuat dari mulutnya. Kekayaan
seni budaya Banyuwangi terlihat dari banyaknya penampil Tari Barong dari
berbagai daerah berbeda di Banyuwangi. Tari Barong ini berbeda dengan tari
barong yang ada di Bali maupun provinsi manapun. Perbedaan tersebut terletak
pada makna, sejarah serta cerita yang tersirat dalam tarian tersebut, tentunya
sejarahnya tidak terlepas dari faktor sejarah budaya daerah itu sendiri.
Pemberian nama Tari Barong Kemiren karena kesenian ini berasal dari desa
Kemiren yang terkenal akan sejarahnya.
Berbicara
mengenai Banyuwangi berserta budaya-budaya yang ada didalamnya tidsk terlepas
dari asal usul Banyuwangi yang dapat menciptakan berbagai macam seni, budaya
dan adat tradisi yang melekat Banyuwangi maupun daerah lainnya serta
mancanegara yang kagum akan budaya daerah ini, maka dari itu kami tertarik
untuk membahas bagaimana alur cerita dari Banyuwangi yang berlanjut dalam
kesenian Tari Barong Kemiren. Sejarah serta makna pesan yang tersirat dalam Tari
Barong Kemiren ini membuat kami ingin lebih jauh mengenal dan mengkaji tarian
ini. Makalah ini tidak hanya bermanfaat bagi penyusun, tetapi pembaca akan
lebih mengerti dan memahami budaya kesenian tarian yang ada di Banyuwangi
khususnya Tari Barong Kemiren.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Bagaimana kebudayaan Banyuwangi dapat dikenal oleh
masyarakat luas ?
1.2.2
Bangaimana sejarah tentang Tari Barong Kemiren yang
terkenal dengan budaya lare osing ?
1.2.3
Apa makna yang terkandung dalam Tari Barong Kemiren ?
1.2.4
Dengan mengenal sejarah serta maknya yang terkandung,
apakah terdapat perubahan yang dialami oleh masyarakat maupun daerah itu
sendiri ? serta;
1.2.5
Bagaimana kecenderungan dominan fungsional berdasarkan
aliran-aliran dalam ilmu antropologi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengenal lebih mendalam
mengenai Banyuwangi serta kesenian tari yang terkenal salah satunya yaitu Tari
Barong Kemiren
1.3.2 Menganalisis dan mengkaji
sejarah dan makna yang terkandung dalam Tari Barong Kemiren
1.3.3 Untuk memahami dampak Tari
Barong Kemiren terhadap masyarakat luar, mancanegara serta masyarakat
Banyuwangi sendiri
1.3.4 Mengetahui kecenderungan
dominan fungsional berdasar aliran-aliran dalam ilmu antropologi
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Wujud Kebudayaan
Kebudayaan menurut Edward Burnett Taylor,
merupakan keseluruhan yang kompleks yang
di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan
menjadi tiga yaitu :
1. Gagasan (Wujud ideal) adalah kebudayaan yang
berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan,
dan sebagainya yang sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan
ini terletak dalam alam pemikiran warga
masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu
dalam bentuk tulisan, maka wujud dari kebudayaan ideal itu berbentuk karangan,
dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas
adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering disebut dengan sistem sosial. Yang terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang
saling berinteraksi,
mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia
lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Wujud
kebudayaan ini bersifat konkret, terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati, serta didokumentasikan.
3. Artefak (Karya)
adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil
dari aktivitas, perbuatan, dan karya manusia dalam masyarakat berupa
benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan
kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa
dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain.
Wujud dari
kebudayaan Banyuwangi dapat diklasifikasikan dalam bentuk artefak(karya),
karena selain dapat dilihat oleh panca indera, kebudayaan ini dapat diraba
serta didokumentasikan dalam bentuk foto maupun video. Dalam pementasan Tari
Barong ini masyarakat dapat mengambil foto serta merekamnya dalam bentuk video
sehingga dapat dikatakan kesenian ini berwujud artefak. Tidak hanya pementasan,
barong yang digunakan sebagai objek pementasan juga dapat dilestarikan
keberadaannya karena tidak semua orang dapat melakukan tarian ini.
2.2
Kabupaten Banyuwangi
Kabupaten
Banyuwangi merupakan kabupaten yang terletak di ujung paling Timur pulau Jawa
dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Situbondo di utara, dengan selat Bali
di bagian Timur, Samudra Hindia di bagian selatan serta Kabupaten Jember dan
Kabupaten Bondowoso di bagian barat.
Kabupaten ini dihuni oleh beragam suku bangsa. Mayoritas penduduk lokal
Banyuwangi adalah suku Osing yang dipercaya merupakan sub-suku Jawa, dan suku
lain yang hidup dengan damai seperti, suku Madura, suku Jawa, Bali dan Bugis.
Bahasa yang digunakan sebagai lat komunikasi penduduk lokal memakai bahasa
Osing, yang merupakan ragam tertua bahasa Jawa tapi berdasarkan kebudayaan.
Segala hal
yang ada di Kabupaten Banyuwangi sangat menarik untuk di bahas, baik dari segi
budaya, pariwisata alamnya atau bahkan kulinernya. Secara geografis, Banyuwangi
terletak di daerah wisata alam yang masih hijau dan di tambah juga dengan
lokasinya yang dekat dengan Samudra Hindia. Oleh karena itu, terdapat penyatuan
lokasi yang bisa dikunjungi yaitu pantai dan daerah pegunungan seperti Taman
Nasional Baluran, Kawah Ijen, Taman Wisata Rogojampi dan masih banyak lagi. Tidak hanya potensi alam, dari segi
kulinernya Banyuwangi juga memiliki makanan khas yang tidak kalah menarik yaitu
rujak soto. Dua jenis makanan yang sangat berbeda ini merupakan bentuk
kreativitas oleh masyarakat lokal Banyuwangi.
Sedangkan
dari segi kesenian, adat istiadatnya tidak kalah menarik. Terdapat beberapa
jenis kesenian dalam bentuk tarian yang cukup menarik untuk dibahas. Seperti
tari gandrung, tari barong, tari sewu gandrung, serta kesenian angklung, dan
sebagainya. Begitu beragamnya bentuk budaya tidak membuat masyarakat lokal
bosan, tetapi menambah semangat masyarakat lokal untuk tetap melestarikan
kesenian-kesenian ini. Kabupaten Banyuwangi terdapat beberapa desa yang sejak
dulu sudah menjadi bagian dari Kabupaten ini, salah satunya desa Kemiren. Desa
ini cukup terkenal karena adanya Tari Barong yang digunakan sebagai acara
ritual desa tersebut.
2.3 Kesenian
Barong Kemiren
Kabupaten
Banyuwangi mempunyai seni tradisi yang cukup populer di kalangan masyarakat
yaitu kesenian pertunjukan Barong Prejeng di Desa Kemiren. Ciri khas dari
barong prejeng adalah musiknya lebih semangat dan ritme permainan kendang dan
gong lebih dinamis. Jenis barong dibagi menjadi dua yaitu 1. Barong Lakon yang
ditampilkan sebagai teater rakyat biasanya dilakukan malam hari, dan 2. Barong
Prejeng yang digunakan untuk ngarak pengantin atau sunatan. Namun di
Banyuwangi, pertunjukan barong using menggunakan cerita-cerita dongeng tentang
kehidupan masyarakat atau rakyat jelata dengan makhluk-makhluk halus. Bagi
masyarakat Osing, barong adalah sebuah simbol kebersamaan, yang memiliki arti
serupa "Bersama". Di desa Kemiren, tari barong dikenal sebagai tari
barong kemiren atau disebut juga “Barong
Banyuwangi” adalah kesenian kuno asal sebagai bentuk seni pertunjukan
rakyat yang menggunakan media barong. Kesenian ini diyakini sangat sakral,
sehingga ada perlakuan khusus. Barong Kemiren berhubungan dengan Buyut Cili,
yang diyakini penduduk setempat sebagai cikal bakal desa. Disaat-saat tertentu
barong harus diupacarai, diberi sesaji, serta dirawat dengan hati-hati. Dalam
setiap ritual masyakat Osing, kehadiran barong selalu ada walaupun dibawakan
dalam berbagai versi, namun tetap memiliki makna yang sama yaitu kebersamaan.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Kebudayaan Banyuwangi Serta Masyarakat luas
Budaya atau kebudayaan dapat diartikan
sebagai suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian,
bangunan,
dan karya seni. Selain itu, budaya atau kebudayaan
berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Dalam bahasa
Inggris, kebudayaan disebut culture,
yang berasal dari kata Latin Colere,
yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah
atau bertani. Kata culture terkadang
bisa diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Suatu
kebudayaan dapat dikenal oleh masyarakat tentunya tidak terlepas dari peran
masyarakat lokal sendiri, bagaimana masyarakat lokal dapat mengangkat budaya
daerah sehingga masyarakat luas dapat mengenalnya. Tidak hanya dikalangan
nasional saja, jika masyarakat mampu untuk mengembangkan budaya tersebut, maka
akan meluas hingga ke mancanegara. Tari Barong Kemiren menjadi saksi perjuangan
masyarakat lokal serta pemerintah daerah yang sangat antusias untuk
mengembangkan tarian ini. Tarian Barong Kemiren menjadi tarian khas Banyuwangi,
bahkan salah satu ikon pariwisata tanah Blambangan. Barong Kemiren pernah dipentaskan
di Osaka, Jepang, dalam festival
tradisional dunia. Tarian Barong ini tidak hanya dipentaskan di kalangan
masyarakat lokal, tetapi masyarakat luas hingga ke Internasional.
Tarian
ini merupakan wujud kebudayaan masyarakat lokal Banyuwangi yang mempercayai
adanya makhluk halus sebagai nenek moyang mereka serta dipercaya untuk menjaga
daerah tersebut. Oleh karena itu, tarian ini dianggap sebagai tarian sakral
oleh masyarakat Desa Kemiren, Banyuwangi. Tarian juga hanya boleh dilakukan
oleh orang-orang yang profesional. Masyarakat luas dapat mengenal tarian ini
karena wujud barong yang digunakan memberikan kesan yang menarik, tokoh utama
tari barong mengenakan kepala raksasa dengan mata melotot dan gading mencuat
dari mulutnya. Selain itu, musik yang digunakan lebih semangat dan ritme
permainan kendang dan gong lebih dinamis. Tidak hanya bentuk barong yang aneh,
tetapi musik juga mempengaruhi tari barong ini. Kebudayaan ini sebenarnya tidak
hanya berkembang di Banyuwangi, akan tetapi sejarah tarian barong di setiap
daerah tentu saja berbeda-beda. Masyarakat mengenal Banyuwangi dengan sebutan
Kota Blambangan. Dari sebutan inilah, tentunya Banyuwangi akan lebih dikenal
oleh masyarakat luas, sehingga masyarakat akan lebih mudah untuk mengenal
kebudayaannya tidak hanya pada sejarah Kota Blambangan. Di Indonesia sendiri,
kabupaten Banyuwangi cukup dikenal daripada daerah lainnya, sehingga masyarakat
daerah lain secara otomatis akan ikut melestarikan kebudayaan yang ada di
Banyuwangi yaitu kesenian Tari Barong. Masyarakat Indonesia akan membantu
mengekspor kesenian ini ke dunia Internasional agar mancanegara mengenal
kesenian unik Indonesia, khususnya Banyuwangi.
3.2 Sejarah Tari Barong Kemiren Yang Dikenal Dengan SebutanTari
Banyuwangi
Bagi masyarakat Using/Osing, barong adalah sebuah
simbol kebersamaan. Ritual apa pun yang ada di daerah Banyuwangi hampir tidak
pernah lepas dari tarian ini. Kata 'barong' berasal dari bahasa Using, bareng
artinya bersama atau kebersamaan. Masyarakat mempercayai sejarah yang sudah
turun-temurun berkembang di lingkungannya. Meskipun dari generasi ke generasi
penerus, tarian ini masih digunakan dalam ritual-ritual yang sakral, karena
faktor sejarah tarian barong ini memberikan anggapan atau asumsi bahwa tarian
ini tidak boleh ditinggalkan. Terdapat banyak versi tentang sejarah barong di
Banyuwangi. Namun, maknanya tetap sama " kebersamaan ".
3.2.1 Sejarah Tari
Barong Dilihat Dari Wujud Sakralnya
Wujud sakral barong, ada yang
mengisahkan barong bermula dari pertarungan dua bangsawan sakti dari Bali dan
Blambangan. Bangsawan tersebut yaitu Minak Bedewang dan Alit Sawung. Tanpa adanya penyebab
yang jelas, keduanya terlibat
pertarungan hebat. Pertarungan berlangsung hingga dalam jangka waktu lama,
tetapi tidak satu pun yang terluka. Masing-masing dari bangsawan ini menggunakan
wujud sakti yang mengerikan, seekor harimau besar dan burung garuda. Dua
perwujudan inilah yang bertarung
dahsyat. Meski saling serang, kedua kesatria itu tetap sama kuatnya. Kemudian
munculah suara aneh dari langit. Suara tanpa rupa itu mengingatkan agar
menghentikan pertempuran. Keduanya diminta untuk menghentikan pertarungan dan
berdamai. Akhirnya, kedua wujud menyeramkan itu bersatu. Sejak itu, masyarakat
Using memiliki wujud barong sebagai simbol kebersamaan.
Masyarakat
osing meyakini bahwa barong bisa mengusir pengaruh jahat,penyakit dan segala
bahaya. Dengan sejarah inilah tarian Barong dan barong sangat disakralkan.
Sebelum ditarikan, barong wajib diberi ritual khusus. Jika tidak, akan
berbahaya bagi penari dan warga sekitar. Barong digunakan untuk upacara-upacara
sakral. Tarian Barong dilakukan terutama untuk upacara sakral seperti ider bumi
atau selamatan desa. Nilai mistis barong tetap dijaga oleh masyarakat
Banyuwangi, Desa Kemiren. Selain itu, penari yang berhak menggunakan barong
adalah orang pilihan alam.
3.2.2
Asumsi Sejarah Tari Barong Menurut Beberapa Budayawan
1.
Menurut Hasnan Singodimayan
Terdapat
beberapa asumsi mengenai tarian barong yang berkembang saat ini. Menurut Hasnan
Singodimayan, budayawan setempat, kesenian barong Kemiren bercerita tentang
gadis cantik bernama Ja'rifah, yang dijaga hewan bertubuh besar bermuka buruk--yang
kemudian disebut barong yang bertugas melawan penjajah. Menurut budayawan
tersebut, barong sangat setia kepada tuannya sehingga dianggap simbol
kepahlawanan. Kesenian barong Kemiren mirip dengan kesenian barong yang ada di
Bali. Menurut Hasnan, kemiripan ini
dianggap hal yang wajar karena kedekatan
kultur yang saling mempengaruhi dalam sejarah hubungan antara Bali dan
Banyuwangi. Perbedaannya telihat secara
fisik ukuran barong Bali lebih besar dan tidak punya sayap. Menurut Hasnan, ada
beragam versi tentang sejarah barong Kemiren. Ada yang menyebut barong bukan
kesenian asli Jawa, melainkan dari Bali. Kesenian ini dibawa dan dikembangkan
warga Bali yang terpaksa bermukim di Banyuwangi karena terjadi kekacauan di
Bali. Dalam Versi lain menyebutkan kesenian barong berasal dari Cina, yang
masuk Jawa pada zaman Majapahit. Terdapat kemiripan antara barong dan tari
Singa Cina, yang berkembang pada zaman Dinasti Tang pada abad VII-X.
2. Menurut Andi,
Budayawan Asli Desa Kemiren
Barong
Kemiren adalah kesenian asli dari Desa Kemiren,Glagah. Salah seorang budayawan
asli Kemiren yang bernama Andi berasumsi bahwa barong Kemiren adalah hasil
ciptaan asli warga Kemiren kuno yang bernama Sanimah abad ke-16. Barong kuno berwujud
dengan fisik yang jelek dan buruk rupa.
Barong kuno itu kemudian diwariskan kepada anaknya, Tompo ( Eyang Buyut Tompo/
Mbah Tompo ). Selama penjajahan Belanda, Tompo mengungsi ke kota dan membawa
barong tersebut. Kemudian Tompo bertemu dengan Sukip dan Win yang ahli membuat
barong. Karena terkesan, Tompo yang banyak memiliki uang meminta dua ahli
barong itu untuk membuatkannya. Kemudian dibuatlah barong baru yang lebih
bagus. Setelah berakhirnya perjuangan perang melawan Belanda, Tompo kembali ke
Kemiren serta membawa barong barunya. Sejak itu, barong berkembang di Desa Kemiren. Barong Tompo kemudian diwariskan ke
Surtaman dan Samsuri. Dari sinilah kesenian Barong tumbuh hingga sekarang.
3.
Menurut Sucipto
Berbeda
dengan budayawan yang lainnya. Menurut Sucipto yang saat ini menjadi Ketua Barong
Tresno Budoyo beranggapan mengenai barong Kemiren, pada sekitar tahun 1647. Mbah
Tompo bermimpi diminta membuat barong. Bersama temannya yang bernama Mbah Soeb,
keduanya melaksanakan perintah dalam mimpi itu. Anehnya, ketika membuat barong
tersebut tangan mereka seperti ada yang menggerakkan. Kemudian terciptalah bentuk barong seperti barong yang dikenal
sekarang ini. Barong yang dibuat Mbah Tompo dan Soeb terus dipakai sampai
sekarang. Diperkirakan usia barong sekitar 361 tahun. Meski usianya sudah
berabad-abad, fisik barong tetap utuh. Barong ini harus disimpan oleh keturunan
Mbah Tompo, yang sekarang sudah sampai pada generasi keempat. Konon saat itu
ada cerita lain lagi, di Desa Kemiren ada pertunjukan Seblang yang dimainkan
Embah Sapua. Ketika penari seblang kesurupan, terjadilah dialog dengan Eyang
Buyut Tompo agar pementasan seblang dipindah ke desa Ole-Olean ( Olehsari ),
sedangkan di desa Kemiren dipentaskan seni barong. Sejak saat itu ada ketentuan
yang harus dipegang teguh oleh masyarakat, yakni masyarakat Desa Kemiren tidak
diperkenankan mementaskan seblang, dan sebaliknya masyarakat Olehsari tidak
boleh mementaskan barong. Seni Barong yang diciptakan Buyut Tompo ini didasari oleh
leluhur masyarakat Kemiren yang dikenal dengan sebutan Eyang Buyut Cili, yakni
tokoh yang dimitoskan dan dianggap sebagai danyang atau penjaga desa Kemiren.
Oleh karenanya setiap pementasan, yakni tatkala barong mengalami kesurupan yang
masuk/merasuki adalah Eyang Buyut Cili.
3.3.3
Makna
Dalam Tarian Barong Kemiren
3.3.3.1
Makna Tari
Barong Di beberapa Prosesi Ritual Di Kemiren
Pada awalnya, Tari Barong adalah seni pertunjukan
yang bersifat sakral dan pementasannya dilaksanakan hanya pada saat-saat
tertentu, misalnya pada saat upacara bersih desa yang diselenggarakan pada
minggu pertama bulan Haji (Besar). Tetapi sekarang ini seni barong sudah
menjadi pertunjukan yang bersifat hiburan sehingga bisa dipentaskan pada saat
pesta perkawinan, khitanan, atau pergelaran-pergelaran seni lainnya. Kesenian
ini merupakan seni rakyat yang secara khusus mengandung ciri khas Using, baik
yang menyangkut musik, tari, dialog, maupun ceritanya. Tari Barong biasanya
diiringi beberapa gamelan khas, seperti kendang, kecrek, gong dan ketuk.
Sekilas, gamelan Barong mirip Kuda Lumping dan Reog Ponorogo. Bedanya, Barong
tidak menggunakan terompet. Personal Barong 12 orang, terdiri atas dua penari
Barong, dua penari berbentuk ayam. Barong ditarikan dua orang, di kepala dan di
bagian ekor. Gending pengiring Barong sarat petuah kehidupan. Musiknya rancak
seperti orang bertarung sebagai simbol kebersamaan. Ada sekitar 20 jenis gending
pengiring Barong. Di antaranya, kembang jeruk, prejengan dan kopyahan. Dalam
sekali tarian membutuhakan waktu sekitar 2 jam. Tari Barong diakhiri tari Ayam
Bertarung, simbol suasana kemenangan.
1.
Dalam Pesta Perkawinan
Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat
setempat mempertunjukkan barong Kemiren dalam hajat apa pun. Dengan menanggap
barong, sang pengantin berharap rumah tangganya selalu bahagia dan mendapat
banyak keberuntungan. Masyarakat Kemiren pun menjadikan acara ini sebagai
hiburan masyarakat setempat. Saat prosesi biasanya barisan macan-macanan berada
di depan barong, di belakang barong terdapat sepasang pengantin duduk di atas
kereta kuda. Iring-iringan diarak berkeliling desa dan berakhir di rumah sang
pengantin. Tontonan ini disebut arak-arakan Barong Kemiren, yang dipertunjukkan
dalam hajat perkawinan tradisional di desa yang berjarak 6 kilometer dari Kota
Banyuwangi. Barong Kemiren bisa dipertunjukkan semalaman. Dengan tiga tahap
cerita, barong dimainkan . Barong Kemiren tak sekadar menjadi kesenian yang
ditanggap untuk menghibur. Oleh warga desa, yang sebagian besar petani, barong
sangat disakralkan karena dipercaya memiliki kekuatan magis arwah nenek moyang.
Dapat dikatakan makna yang terkandung dalam tarian barong ini tidak hanya
digunakan sebagai hiburan masyarakat setempat maupun luar daerah, tetapi
terdapat beberapa makna yang terkadung dalam tarian ini. Selain bersifat
sakral, untuk pernikahan dan beberapa upacara yang lainnya tarian ini wajib
dipertunjukkan di desa Kemiren. Karena dianggap memberikan kebahagiaan kepada
pengantin serta keluarganya kelak.
2.
Upacara Bersih Desa
Pemangku adat Desa Kemiren, Serad
menceritakan bagaimana barong dipakai dalam upacara bersih desa, yang dilakukan
setiap setiap tanggal 2 Syawal atau Lebaran ( idul Fitri ) yang disebut upacara
Idher Bumi. Barong dengan tabuhan gamelan mengelilingi desa dan ditutup dengan
makan bersama di sepanjang jalan desa. Dalam acara Ider Bumi ada empat jenis
tarian Barong yang ditampilkan dan mempunyai cerita sendiri-sendiri. Keempat
jenis Barong tersebut adalah Barong Tua, Barong Remaja, Barong anak-anak dan
Barongsai. Keempat jenis Barong adalah sebagai lambang generasi-generasi yang
menghuni desa Kemiren. Dalam pertunjukkannya barongsai diikutkan dalam acara tersebut karena di desa Kemiren
yang terkenal dengan Kampung Using ternyata ada etnik lain yang menghuninya,
yaitu Tionghoa.
Acara lainnya yang menggunakan
barong yaitu dilaksanakan setiap tanggal 1 bulan Haji dengan membuat seribu
tumpeng atau dikenal dengan selamatan "Tumpeng Sewu".
Ritual ini sebagai ucapan syukur masyarakat karena diberikan rejeki berlebih.
Barong sebagai sarana ritual kesuburan yang terlihat pada makanan yang
disajikan, yakni makanan hasil bumi, seperti nasi tumpeng dan sayur, jajan
pasar, pala kependhem, pala gumandhul, dan pala kesimpar. Selain Ritual ini
dilaksanakan untuk menghormati danyang desa Kemiren agar kemakmuran desa tetap
terjaga dan terjauhkan dari bencana.
Pada 20 tahun yang lalu, upacara ini
pernah ditinggalkan karena hujan lebat. Beberapa hari kemudian, istri salah
satu ahli waris barong kesurupan. Ia berteriak-teriak marah karena Idher Bumi
tidak digelar. Tidak lama kemudian, bayi wanita itu meninggal. Sehingga
masyarakat setempat menjadi takut jika upacara Idher Bumi tidak
diselenggarakan. Kesakralan Barong juga dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit.
Obat diambilkan dari kemenyan yang dibakar di bawah tubuh barong, lalu dilarutkan
dalam air, yang dipercaya bisa mengobati berbagai penyakit, mulai buta hingga
sakit perut.mulai pukul 21.00 sampai 06.00 keesokan harinya.
3.3.4
Perubahan
Yang Terjadi Dalam Lingkungan Masyarakat Serta Desa Kemiren
a.
Perubahan Yang Terjadi Di Lingkungan Masyarakat
Barong
berbentuk topeng sebagai penggambaran hewan yang menakutkan, dalam mitologi
masyarakat using di percaya sebagai lambang kebaikan yang mempunyai kemampuan
untuk mengusir pengaruh-pengaruh jahat. Itulah kenapa Barong dijadikan ikon
Kemiren. Dengan asusmsi inilah akan berpengaruh terhadap perilaku masyarakat
serta adat yang berkembang di desa Kemiren. Tarian yang dianggap sakral dan
apabila tidak diselenggarakan akan menimbulkan bencana pada daerah tersebut
akan membentuk mindset atau pemikiran masyarakat bahwa tarian ini wajib
diselenggarakan pada tanggal-tanggal yang dianggap sakral. Sejarah serta makna
yang terkandung akan membuat masyarakat takut serta ingin mendapatkan
keselamatan dunia. Selain keselamatan, masyarakat juga mempercayai dengan rezeki
yang melimpah dan kebahagiaan baik di lingkungan masyarakat sendiri maupun
lingkungan keluarga.
Dengan
tertanamnya mindset serta mitos yang berkembang, daerah tersebut dianggap
menjadi daerah yang masih kental dengan adat istiadat dan mitos yang masih belum
bisa diketahui kebenarannya. Mitos-mitos akan roh halus masih dianggap ada di
zaman modern saat ini, meskipun perkembangan zaman semakin pesat, tetapi
masyarakatdesa tersebut tidak berani untuk meninggalkan tarian ini, karena
mereka masih percaya akan adanya roh halus nenek moyang yang bisa memberikan
keselamatan, kebahagiaan, dan lain sebagainya. Tetapi pada zaman modern saat
ini, kepercayaan akan roh halus masih dipertanyakan kebenarannya, karena pada
tarian barong sendiri sekarang tidak hanya diselenggarakan untuk upacara atau
ritual sakral tetapi juga dipertunjukkan untuk acara lainnya, seperti acara
khitanan(sunatan),pernikahan, dan lain-lain. Selain itu, masyarakat juga mulai
mengekspor Tarian Barong Kemiren di tingkat mancanegara.
b.
Perubahan Yang Terjadi Pada Desa Kemiren
Perubahan
yang terjadi di Desa Kemiren dapat dilihat dari mulai dikenalnya Desa Kemiren
yang lebih dikenal dengan budaya osing Banyuwangi. Karena Desa Kemiren terletak
di Kabupaten Banyuwangi, tepatnya di Kecamatan Glagah. Desa ini terkenal dengan
adanya tarian Barong yang disebut dengan Tarian Barong Kemiren yang memiliki
makna, sejarah, serta mitos roh-roh halus yang dipercayai memberikan
kebahagian, keselamatan, dan lain-lain. Tarian ini memberikan dampak terhadap
desa itu sendiri, selain dianggap bisa menjaga keselamatan desa dari bencana
atau musibah, tarian ini juga membuat kabupaten banyuwangi menjadi terkenal di
masyarakat dalam negeri maupun luar negeri, yang dikenal dengan buadaya lare
osing.
3.3.5
Kecenderungan
Dominan Fungsional Tari Barong Kemiren Berdasarkan Aliran-Aliran Dalam Ilmu
Antropologi
Antropologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang
manusia baik di masa lalu maupun masa kini yang menggambarkan manusia melalui
pengetahuan ilmu sosial dan ilmu hayati (alam), dan juga humaniora. Antropologi
berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia"
atau "orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam
pengertian "bernalar", "berakal") atau secara etimologis
antropologi berarti ilmu yang mempelajari manusia. Jika antropologi mempelajari
manusia secara umum, berbeda halnya dengan antropologi budaya. Antropologi budaya adalah cabang antropologi
yang berfokus pada penelitian variasi
kebudayaan
di antara kelompok manusia. Dalam ilmu antropologi terdapat beberapa
aliran-aliran yang terbagi menjadi 8 aliran yaitu: 1. Aliran Evolusi, 2. Aliran Determinisme Geografis,
3. Aliran Difusionisme,
4. Aliran Fungsionalisme,
5. Aliran Strukturalisme
Perancis,
6. Aliran Ekologi Kebudayaan,
7. Aliran Leiden, 8. Aliran
Psikologi dalam antropologi.
Berdasarkan
kebudayaan kesenian yang ada di Banyuwangi, Desa Kemiren yaitu Tari Barong
Kemiren termasuk dalam aliran Strukturalisme Perancis. Aliran Strukturalis atau
Strukturalisme merupakan suatu pendekatan ilmu humanis yang mencoba untuk
menganalisis bidang tertentu (misalnya, mitologi) sebagai sistem kompleks yang
saling berhubungan. Aliran
Strukturalisme Perancis Merupakan analisa kebudayaan Levi Straus.
Dalam aliran ini, kebudayaan
manusia dinyatakan dalam kesenian, pola kehidupan sehari-hari dan upacara-upacara sebagai perwakilan lahiriah dari struktur
pemikiran manusia. Levi Stratus mendekatkan aliran ini
dengan mite yang mengungkapkan pola-pola universal sehingga melatarbelakangi
legenda-legenda, cerita-cerita rakyat dari masyarakat yang berbeda-beda.
Tarian
Barong Kemiren termasuk dalam aliran ini karena dilihat dari sejarah serta
pemaknaan baik itu dalam wujud bentuk barong, musik, maupun makna di dalam
tarian itu sendiri berasal dari mitos rakyat atau sistem kepercayaan yang
turun-temurun dari nenek moyangnya. Sehingga muncullah pemikiran atau gagasan
untuk menjadikan tarian barong menjadi tarian sakral atau suci yang tidak boleh
ditinggalkan oleh generasi-generasi penerus. Pemaikaian simbol sakral terletak
pada wujud barong sebagai simbol rasa kebersamaan. Bentuk wujud barong yang
jelek dan menakutkan dikarenakan sejarah serta pemikiran manusia akan adanya
roh-roh halus yang masuk ke dalam barong tersebut. Selain itu, wujud fisik
barong juga dikarenakan sejarah adanya perang antara bangsawan Bali dan
Banyuwangi yang menggunakan hewan sakti yang mengerikan, seekor harimau besar
dan burung garuda. Kemudian hewan ini menjadi satu sehingga terbentuklah barong
yang sekarang ini menjadi pertunjukkan yang menarik untuk dilihat. Manusia
tidak akan memiliki arti apabila masyarakatnya tidak bisa melahirkan suatu ide
atau gagasan yang akan membentuk suatu kebudayaan. Pemikiran manusia yang
berbeda-beda akan mendorong terciptanya ide bersama dan lebih dikenal sebagai
kebudayaan daerah.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Banyuwangi
merupakan kabupaten terkenal sebagai daerah yang memiliki khas yang berbeda.
Daerah yang terkenal dengan sebutan Kota Blambangan. saat ini kabupaten
Banyuwangi terkenal dengan berbagai aspek yang menarik yaitu keindahan alam,
makanan khas, serta kesenian baik tarian maupun yang lainnya. Kesenian yang
begitu memukau masyarakat lokal maupun internasional yaitu kesenian tarian yang
biasa dikenal dengan sebutan Tari Barong Kemiren. Tarian yang memiliki sejarah
dengan beragam versi, serta makna yang terkandung di dalamnya membuat
masyarakat tidak bisa menghilangkan kesenian ini. Masyarakat daerah desa
Kemiren sampai saat ini masih mempercayai adanya roh-roh halus nenek moyang
yang dipercaya menjaga daerah tersebut dari bencana. Tidak hanya itu, masyarakat
juga meyakini bahwa barong bisa memberikan kebahagiaan bagi pengantin baru,
serta memberikan rezeki bagi masyarakatnya.
Sejarah
Tari Barong Kemiren terdiri dari beragam versi, ada yang mengatakan bahwa
tarian ini berawal dari Mbah Tompo dan Eyang Buyut Cili. Kemudian di versi lain
ada yang beranggapan bahwa wujud Barong ada pada saat terjadinya perang antara
bangsawan Bali dan Banyuwangi. Masing-masing dari bangsawan ini menggunakan
wujud sakti yang mengerikan, seekor harimau besar dan burung garuda. Dua
perwujudan inilah yang bertarung
dahsyat. Meski saling serang, kedua kesatria itu tetap sama kuatnya. Kemudian
munculah suara aneh dari langit. Suara tanpa rupa itu mengingatkan agar
menghentikan pertempuran. Keduanya diminta untuk menghentikan pertarungan dan
berdamai. Akhirnya, kedua wujud menyeramkan itu bersatu. Sejak itu, masyarakat
Using memiliki wujud barong sebagai simbol kebersamaan.
Barong dianggap
makhluk yang mengerikan dengan mata yang melotot. Tokoh utama tari barong
mengenakan kepala raksasa dengan mata melotot dan gading mencuat dari mulutnya.
Selain itu, musik yang digunakan lebih semangat dan ritme permainan kendang dan
gong lebih dinamis. Tetapi makhluk ini dianggap makhluk sakral dan wajib
dipertunjukkan setiap tanggal-tanggal yang dianggap suci. Masyarakat berasumsi
jika kesenian ini ditinggalkan, bencana dan musibah akan terjadi pada daerah
itu. Dengan pemikiran masyarakat yang saat ini masih menganggap itu wajib untuk
dipertunjukkan akan membuat generasi-generasi penerus bisa melestarikan
kebudayaan daerah.
Pada
saat ini, tarian Barong Kemiren tidak hanya sebagai tarian sakral, tetapi juga
dapat dipentaskan pada acara-acara seperti khitanan,pernikahan,dan lain-lain.
Bahkan tarian ini pernah dipentaskan di Osaka, Jepang pada acara festival
tradisional dunia. Perkembangan zaman
yang saat ini sudah memasuki era modern, kesenian ini tidak hanya dipentaskan
untuk acara sakral, tetapi juga bisa dipentaskan pada acara lain.
Dalam
ilmu antropologi terdapat beberapa aliran-aliran. Berdasarkan kebudayaan
kesenian yang ada di Banyuwangi, Desa Kemiren yaitu Tari Barong Kemiren
termasuk dalam aliran Strukturalisme Perancis. Aliran Strukturalis atau
Strukturalisme merupakan suatu pendekatan ilmu humanis yang mencoba untuk
menganalisis bidang tertentu (misalnya, mitologi) sebagai sistem kompleks yang
saling berhubungan. Aliran
Strukturalisme Perancis Merupakan analisa kebudayaan Levi Straus.
Dalam aliran ini, kebudayaan
manusia dinyatakan dalam kesenian, pola kehidupan sehari-hari dan upacara-upacara sebagai perwakilan lahiriah dari struktur
pemikiran manusia. Levi Stratus mendekatkan aliran ini
dengan mite yang mengungkapkan pola-pola universal sehingga melatarbelakangi
legenda-legenda, cerita-cerita rakyat dari masyarakat yang berbeda-beda.
Tarian Barong
Kemiren termasuk dalam aliran ini karena dilihat dari sejarah serta pemaknaan
baik itu dalam wujud bentuk barong, musik, maupun makna di dalam tarian itu
sendiri berasal dari mitos rakyat atau sistem kepercayaan yang turun-temurun
dari nenek moyangnya. Sehingga muncullah pemikiran atau gagasan untuk
menjadikan tarian barong menjadi tarian sakral atau suci yang tidak boleh
ditinggalkan oleh generasi-generasi penerus.
4.2
Saran
Suatu kebudayaan
tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan dari pihak-pihak yang
bersangkutan. Pihak-pihak itu diantaranya masyarakat desa Kemiren, masyarkat
luar daerah, serta pemerintah sendiri. Sebenarnya kebudayaan muncul karena
adanya ide atau gagasan yang dilahirkan oleh masyarakat daerah itu sendiri.
Jadi, tidak hanya masyarakat yang menjaga, melestarikan serta mengembangkan
budaya daerah, tetapi pemerintah harus ikut serta dan bekerjasama dengan
masyarakat. Kebudayaan daerah sebaiknya tidak hanya digunakan sebagai ikon
daerah itu sendiri, tetapi kebudayaan tersebut harus bisa membuat masyarakat
internasional tertarik dan mengenal budaya itu. Dengan demikian, ikon kebudayaan
Banyuwangi seharusnya tidak hanya terkenal sebagai budaya Banyuwangi saja,
tetapi juga harus mampu menarik masyarakat internasional dan dikenal dengan
budaya Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar